Pages

Subscribe:

Labels

Sabtu, 10 Maret 2012

Tembang Sunda Cianjuran dan Para Penerus Generasi Bangsa

Judul Resensi : Tembang Sunda Cianjuran dan Para Penerus Generasi Bangsa
Judul Buku : Gaya Petikan Kacapi Tembang (Seputar Biografi Seniman Tembang Sunda)
Penulis : Julia, M.Pd.
Tahun : 2011
Penerbit : CV. Bintang WarliArtika
Jumlah Halaman : 316 halaman

Dalam buku ini, penulis lebih mengkaji tentang persoalan sosial seniman tembang Sunda Cianjuran, persoalan musikal dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran, dan persoalan perkembangan pirigan dalam tembang Sunda Cianjuran. Sedangkan, pada masa ini, tembang Sunda Cianjuran sudah jarang diminati oleh masyarakat, terutama para pemuda. Bahkan mereka sudah tidak peduli terhadap tembang Sunda Cianjuran.
Buku yang memiliki visi dan misi untuk mengenalkan seni tembang Sunda Cianjuran dan gaya petikan kacapi tembang kepada masyarakat luas, terutama para generasi muda penerus bangsa ini berisi tentang gaya tembang Sunda Cianjuran yang diiringi oleh alat musik khas tembang Cianjuran, dalam buku ini juga berisi tentang biografi seniman tembang Sunda Cianjuran, yaitu Gan Gan Garmana dan Ruk Ruk Rukmana, dan perbedaan-perbedaannya dalam cara pandang terhadap seni tembang Sunda Cianjuran.
Dalam penyajiannya, penulis sudah menyajikan persoalannya secara berimbang, dengan pengorganisasian tiap bab-bab yang sangat teratur, dan juga penulis selalu mengajukan penyelesaian dalam setiap permasalahan yang ada, tidak hanya menanpilkan permasalahannya saja. Gaya penulisan penulis juga sudah sangat bagus. Penulis tidak menggurui, tetapi lebih membuka wawasan para pembacanya.
Buku ini dipersembahkan untuk Gan Gan Garmana dan Ruk Ruk Rukmana sebagai guru yang menjadi contoh dan panutan dalam seni tembang sunda. Buku ini juga ditujukan untuk masyarakat khususnya para generasi muda, supaya para masyarakat bisa lebih mengenal tembang sunda.
Penulis memberikan gagasan dalam buku ini untuk mengajak generasi muda sunda untuk melestarikan budaya seni sunda yang sekarang ini jarang diminati, khususnya tembang sunda Cianjuran.
Namun, masih banyak kekurangan mengenai keseluruhan buku, seperti cetakan buku yang seperti hasil fotocopy, cover yang mudah rusak dan sobek, dan isi buku yang tidak berwarna, sehingga agak kurang menarik perhatian pembaca untuk membacanya. Seharusnya penulis menyajikan buku yang dalamnya tidak hanya warna hitam dan putih, apalagi untuk foto tokoh, agar lebih menarik minat pembaca dan tidak telihat seperti hasil fotocopy. Dan juga untuk cover, sebaiknya memakai cover seperti novel-novel atau buku-buku yang lainnya yang tertutup oleh plastik, sehingga agak halus, dan tidak mudah kusut dan rusak.
Tetapi sudah cukup baik untuk keseluruhannya.

Identitas Pasukan Pramuka

NAMA ANGGOTA MUDA
Anggota muda di tingkatan ini disebut "Pramuka" karena pada tahun 1907, kepramukaan berawal dengan anggota muda pada golongan usia ini, yang dikenal dengan sebutan "Pramuka (Scout)" bahkan sebelum kepramukaan menggunakannya secara resmi.


NAMA PASUKAN
Nama pasukan seringkali dikaitkan dengan kiasan dasar penjelajahan, ekspedisi dan penemuan, bidang, lembaga gugus depan pramuka dimana pasukan itu berada. Jika ada satu satuan, namanya bisa saja menggunakan nama gugus depan. Nama tersebut bisa juga mengacu pada tokoh sejarah yang hebat atau tempat atau kejadian yang luar biasa.


SERAGAM
Pramuka memakai seragam yang menunjukkan mereka bagian komunitas itu. Seragam pramuka terus disederhanakan. Seragam yang ada sekarang ini dirancang oleh organisasi yang memungkinkan kita melakukan kegiatan dengan nyaman. Seragam itu juga menghindarkan pakaian menjadi sumber perbedaan antar anggota muda. Beberapa pasukan mengenakan kaus sederhana dengan tanda untuk sebagian besar kegiatan informal mereka. Beberapa lambang lain bisa juga ditempatkan di seragam kita, seperti fleur-de-lys (bunga lili), syal atau dasi dan tanda gugus depan, tanda pelantikan dan tanda kecakapan dan lain-lain.

FLEUR-DE-LYS (BUNGA LILI)
Ini adalah simbol pramuka dunia dan berasal dari peta kuno dimana ia tertera di dalam ujung kompas menunjuk ke Utara. Menurut Baden-Powell, mencerminkan "jejak baik yang harus diikuti oleh semua Pramuka".


SETANGAN LEHER
Setangan leher ini adalah sepotong kain berbentuk segitiga yang dilipat di sekeliling leher, diikat dengan cincin atau woggle yang terbuat dari bahan apa saja. Warnanya sesuai dengan gugus depan pramuka tempat satuan berada dan berfungsi untuk mengidentifikasi pramuka di seluruh dunia.


TANDA GERAKAN PRAMUKA
Tanda pelantikan dipakai oleh semua pramuka yang telah mengucapkan Satya mereka, dengan kata lain mereka yang telah membuat komitmen untuk hidup sesuai dengan Darma pramuka.

Tanda Kecakapan Umum menunjukkan tahapan yang sedang diikuti oleh orang muda untuk tujuan pribadinya. Lencana menandakan pengetahuan dan keterampilan khusus yang telah didapat oleh remaja putra dan putri di pasukannya.
Tanda ikut serta kegiatan/Tiska dikenakan hanya sementara di seragam, hanya selama berlangsungnya kegiatan tersebut.

SALAM
Bila bertemu, anggota pramuka saling memberi salam dengan tangan kanan, diangkat dengan lima jari seperti pada saat memberi hormat. Pramuka juga biasanya juga bersalaman dengan tangan kiri. Banyak legenda mengenai asal muasal kebiasaan ini. Legenda yang paling meyakinkan adalah yang berasal dari suku Ashanti.


WARNA
Tanda pertama yang dibuat oleh Baden-Powell disulam dalam warna kuning di atas dasar hijau, dan dua warna tersebut dikenal sebagai warna kepramukaan. Gerakan pramuka menggunakan tanda warna sesuai dengan golongannya.


Sumber : Buku Pegangan untuk Pembina Penggalang, Penerbit : Pustaka Tunasmedia

Baris Berbaris dan Parade Bukan Kegiatan Pramuka?

Pada tahun 1935, pendiri pramuka secara jelas memperingatkan pembina tentang kegiatan baris-berbaris dan parade. Teks di bawah ini mencerminkan rekomendasi Baden-Powell tentang program kegiatan yang difokuskan pada aspirasi anggota muda dan pendidikan mereka.

"Saya sering diminta Pembina Dewasa -bukan oleh anggota muda- untuk memasukkan lebih banyak latihan baris-berbaris dalam program Pramuka; tetapi walaupun setelah memperoleh pengalaman militer selama 34 tahun, saya mengakui nilai disiplin dari kegiatan baris-berbaris, saya juga sangat memahami kelemahannya. Singkatnya seperti ini :


Latihan baris-berbaris hanya membuat Pembina yang malas dan tidak imajinatif menyuruh para anggota muda tetap sibuk, tanpa memandang apakah kegiatan ini membuat mereka tertarik atau memang benar-benar bermanfaat bagi mereka. Latihan ini hanya menyelamatkan Pembina dari masalah.


Latihan baris-berbaris merupakan masalah instruksi, yang "ditekankan" kepada anggota muda, namun bukan merupakan pendidikan yang dapat mereka pelajari sendiri.


Latihan cenderung menghapus individualitas, sedangkan dalam pramuka, kita ingin mengembangkan kepribadian masing-masing. Setelah latihan baris-berbaris dipelajari, kegiatan ini menjadi kegiatan yang membosankan bagi anggota muda yang ingin melakukan sesuatu yang lebih menarik; latihan ini hanya membuat antusiasme mereka menjadi tumpul."


(Dikutip dari Note for Instructors, yang dilampirkan dalam buku Scouting for boys edisi Inggris ke-17, 1935)


Tetapi semuanya dikembalikan lagi kepada para Pembina. Pembina dituntut kreatif dalam setiap latihan. Tidak hanya dalam latihan baris-berbaris saja. Akan tetapi dalam kenyataannya latihan baris-berbaris memang sangat membosankan. Pembina harus lebih pentar mengemas latihan tersebut. Bisa dikombinasikan dengan permainan atau lagu-lagu agar para anggota muda tidak merasa bosan dengan latihan tersebut.

Semangat untuk para Pembina Pramuka di dunia. Salam Pramuka!


Sumber : Buku Pegangan untuk Pembina Penggalang. Penerbit Pustaka Tunasmedia.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : V/2
Pertemuan                   : 2
Alokasi Waktu            : 2 x 35 Menit

A.    Standar Kompetensi
Membaca
Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak
B.     Kompetensi Dasar
7.3  Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat
C.     Indikator
1.    Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

D.    Tujuan Pembelajaran
1.    Siswa dapat menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

E.     Materi Pembelajaran
Cerita anak

F.      Metode Pembelajaran
1.    Ceramah
2.    Tanya jawab
3.    Penugasan

G.    Kegiatan Belajar Mengajar
1.    Kegiatan awal
·      Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
·      berdoa bersama.
·      Guru mengecek kehadiran siswa.
·      Guru melakukan apersepsi
2.    Kegiatan inti
·      Guru membagikan teks cerita
·      Guru menyuruh siswa untuk membaca cerita tersebut
·      Guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan cerita yang dibacanya ke dalam beberapa kalimat
·      Guru membagi siswa ke dalam enam kelompok, tiap kelompok berjumlah lima orang
·      Guru menjelaskan peraturan permainan, yaitu Kartu-kartu ditempelkan di dinding, dan para siswa diminta menyusun kartu-kartu tersebut menjadi satu jalinan cerita yang utuh dan bermakna.
·      Guru menyuruh tiap perwakilan kelompok untuk membacakan cerita yang telah dirangkai di depan kelas
3.    Kegiatan akhir
·      Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
·      Guru menutup pelajaran dan menyuruh anak berdoa.

H.    Evaluasi
Jenis Tes: Tes Tertulis
Instrumen Tes:
Bacalah cerita di bawah ini!


Pensil Ajaib

Ada seorang anak laki-laki bernama Ali. Ia gemar melukis. Setiap hari, Ali melukis. Ali hanya menggunakan ranting dan batu saat melakukan kegemarannya.
Sebenarnya, Ali tidak suka melukis dengan ranting dan batu. Akan tetapi, ia tidak mampu membeli pensil gambar. Ia hanya seorang anak yang miskin.
Suatu hari, Ali berkhayal, “Jika aku mempunyai pensil gambar, aku akan melukis apa saja untuk orang-orang miskin di desaku”. Tiba-tiba tak lama kemudian, munculah laki-laki tua di hadapannya. Laki-laki itu berkata, “Hai anakku, keinginanmu akan terkabul. Aku mempunyai sebuah pensil gambar untukmu. Akan tetapi, aku mohon dengan sangat gunakanlah pensil gambar ini untuk hal-hal yang berguna bagi orang-orang miskin saja!”. Lalu, laki-laki tua itu pun menghilang.
Ali tentu saja sangat gembira. Ia mulai melukis. Ia melukis sebuah kompor. Seketika itu juga, lukisan kompor berubah menjadi kompor sebenarnya.
“Ooo....! rupanya, ini pensil gambar ajaib!” kata Ali kegirangan. Sejak kejadian itu, ali mulai berkeliling kampung. Ia melukis untuk kepentingan orang-orang miskin. Setiap selesai melukis, lukisan Ali selalu berubah menjadi kenyataan.
Tak lama kemudian, terdengarlah oleh Raja tentang pensil gambar ajaib itu. Raja memanggil Ali ke istana. Ali pun datang ke istana. Raja berkata, “Hai anak kecil! Tolong lukiskan untukku sebatang pohon yang daunnya terbuat dari koin mas!” lalu Ali menjawab, “Tidak bisa baginda! Sebenarnya, baginda kan tidak membutuhkan itu!”
Raja marah ketika mendengan jawaban Ali. Raja menyuruh pengawalnya menangkap Ali. Ali pun ditangkap dan dipenjara. Akan tetapi, karena Ali anak yang cerdik, di dalam penjara ia segera melukis kunci pintu penjara. Setelah selesai melukis, lukisan kunci pintu penjara itu berubah menjadi kunci pintu sebenarnya. Akhirnya, Ali dapat membuka pintu penjara. Ia pun keluar dari sana.

1.      Buatlah kesimpulan dari cerita di atas!
Nomor soal
Skor
Deskriptor
1
7
Apabila menyimpulkan seluruh paragraf dengan tepat
6
Apabila hanya menyimpulkan 6 paragraf dengan tepat
5
Apabila hanya menyimpulkan 5 paragraf dengan tepat
4
Apabila hanya menyimpulkan 4 paragraf dengan tepat
3
Apabila hanya menyimpulkan 3 paragraf dengan tepat
2
Apabila hanya menyimpulkan 2 paragraf dengan tepat
1
Apabila hanya menyimpulkan 1 paragraf dengan tepat
0
Apabila tidak ada satu pun paragraf yang bemar

Nilai = Skor PerolehanSkor Ideal  x 100 = .....................
 

Belajar

  • Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Berikut pengertian belajar menurut para ahli :

  1. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
  2. Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Sedangkan rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
  3. Ahmadi mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku manusia.
  4. Witherington mengemukakan belajar sebagai sebuah perubahan kepribadian yang dimanifestasikan kepada suatu pola respons individu yang mengkin berupa keterampilan, sikap, atau peningkatan pemahaman atas sesuatu.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
  • Jenis-Jenis Belajar
  1. Belajar abstrak, yaitu belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
  2. Belajar keterampilan, yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot.
  3. Belajar sosial, yaitu belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
  4. Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
  5. Belajar rasional, yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional.
  6. Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan dari kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
  7. Belajar apresiasi, yaitu belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
  8. Belajar pengetahuan, yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
  • Manifestasi Perilaku Belajar
  1. Kebiasaan
  2. Keterampilan
  3. Pengamatan
  4. Berpikir asosiatif dan daya ingat
  5. Berpikir rasional dan kritis
  6. Sikap
  7. Inhibisi
  8. Apresiasi
  9. Tingkah laku afektif
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Jumat, 09 Maret 2012

    Penggalan Sebuah Cerita

    Cinta memang tak bisa ditebak kapan ia datang dan kapan ia pergi. Cinta itu sama seperti jelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar. ketika cinta itu memberikan satu kebahagiaan, kemudian cinta memberikan seribu kesedihan. Disaat itulah cinta pergi.

    Ina dan Raha adalah sepasang kekasih yang sangat bahagia. Akan tetapi, setelah tiga bulan bersama, ada sebuah kejujuran yang sangat menyakiti hati Ina. Ada sesuatu di masa lalu Raha yang mengharuskan dia memilih antara Ina dan Tia, mantan pacarnya. Raha harus memilih antara cintanya kepada Ina dan tanggung jawab atas perbuatannya kepada Tia.

    Ina sangat mencintai Raha. Raha adalah cinta pertama Ina. Dan Ina sudah terlanjur menyimpan banyak mimpi dan harapan bersama Raha. Akan tetapi, Ina harus mengerti keadaan Raha. Akhirnya, dengan berat hati Ina memutuskan untuk berkorban demi cintanya kepada Raha. Ina merelakan Raha untuk bertanggungjawab dan bahagia bersama Tia. Demi cinta, Ina berusaha untuk tetap kuat dan tegar. Demi cinta, Ina berusaha untuk selalu tersenyum.

    Cinta memang tidak harus memiliki. Cinta adalah sebuah pengorbanan. Pengorbanan untuk seseorang yang dicinta agar selalu bahagia, meskipun dengan orang lain.

    Permainan dalam Pelajaran Bahasa

    Biasanya para guru Sekolah Dasar dituntut harus kreatif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Guru harus pintar memadukan pelajaran ke beberapa permainan ataupun dengan menggunakan media. disini saya akan berbagi beberapa permainan yang biasanya digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
    • Memilih Kata
              Cara membuat : Pada kartu yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis beberapa pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip dengan gambar. Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata yang benar. Kemudian disediakan jepit kertas.
              Cara bermain : Dua orang siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh jepit disamping kartu kata itu. Untuk mengecek, baliklah kartu itu.
    •  Melengkapi Kalimat
               Cara membuat : Sebuah kalimat ditulis diatas kartu panjang dengan satu kata dihilangkan. Pada satu kata yang dihilangkan tersebut dilubangi untuk menyelipkan kartu yang cocok untuk melengkapi kalimat. Kemudian membuat kartu-kartu kata yang salah satunya cocok untuk celah pada kartu kalimat.
               Cara bermain : Satu atau dua orang membaca kalimat dan mencocokkan kartu-kartu gambar dalam spasi yang kosong. Kemudian siswa menyelipkan kartu kata yang cocok pada celah kartu kalimat.
    • Batu Loncatan
              Cara membuat : Karton atau kertas digunting menjadi sebuah bundaran. Pada bundaran tersebut ditulis nama anggota keluarga atau teman-teman. Kertas dapat bermacam-macam warna.
              Cara bermain : Guru melakukan suatu perintah, Misalnya "Loncat ke Ayah". Siswa harus menemukan bundaran yang benar dan melompat disitu sambil menunggu perintah selanjutnya. Dapat juga diubah menjadi sebuah permainan pembentukan kalimat. Dengan memasukkan kata kerja dan bagian-bagian lain dari bahasa lisan. Siswa harus melompat ke bundaran-bundaran itu dalam urutan yang benar agar tersusun sebuah kalimat.
    • True or False
              Pada permainan true or false, pengajar membagikan kartu kepada siswa yang berisi tentang berbagai macam bentuk kalimat tanya. Siswa harus menentukan apakah kalimat yang ada dalam kartu tersebut benar atau salah. Selanjutnya mereka berbaris di sisi kiri dan kanan sesuai jawaban yang mereka berikan (misalnya jawaban benar di sebelah kanan, jawaban salah di sebelah kiri). Mereka pun diminta memberikan alasan mengapa mereka menjawab benar atau salah. Dalam prosesnya, siswa bisa pindah barisan, jika dia berubah pikiran. Permainan ini digunakan untuk melatih materi tentang struktur kalimat tanya.
    • Card Sort
              Guru menempelkan beberapa kartu di papan yang berisi tentang beberapa istilah umum seperti manusia, alam, dan binatang. Siswa pun sudah mendapatkan kartu berisi kosakata yang berhubungan dengan suara yang diperdengarkan oleh manusia, alam dan binatang. Misalnya : mengerang, berhembus, mengeong dan lain sebagainya. Agar tidak ribut, siswa diminta memasang kartu-kartu mereka di papan tanpa bicara.
    • Index Card Match
              Index card match adalah permainan untuk melatih pengetahuan tentang lawan kata (antonim). Misalnya: gelap – terang, tinggi – rendah, dan lain-lain. 
             Cara bermain : Siswa harus mencari rekannya yang memiliki kartu dengan kata yang berlawanan dengan kata pada kartu miliknya. Selanjutnya mereka harus duduk atau berdiri berdekatan. Permainan ini juga bisa dilakukan tanpa mengeluarkan suara sehingga ekspresi yang muncul akan lebih menarik, suasana kelas pun tidak terlalu ribut (karena walaupun tanpa suara, bunyi-bunyi yang dikeluarkan pun tetap saja lucu). 

    • Menyusun Cerita
              Menyusun cerita adalah alternatif permainan yang dilakukan untuk melatih kemampuan siswa menyusun satu paragraf yang logis.

             Caranya : sebagai berikut: Kartu-kartu ditempelkan di dinding, dan para siswa diminta menyusun kartu-kartu tersebut menjadi satu jalinan cerita yang utuh dan bermakna. Pada permainan tunjuk abjad, siswa diminta mengumpulkan sebanyak mungkin kosa kata yang berawalan abjad tertentu. Guru bisa memodifikasi permainan ini dengan menentukan kosa kata untuk kelas kata tertentu, misalnya kata kerja dari abjad S, atau kata sifat dari abjad T, dan lain sebagainya.


    Sumber : Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, Karya Septia Sugiarsih, M.Pd.